BADAN RISET DAN INOVASI DAERAH PROVINSI BALI – Plt. Kepala Badan Riset dan Inovasi dan Daerah (BRIDA) Provinsi Bali yang diwakili oleh Kepala Bidang Penunjang Pembangunan Daerah memberikan sambutan sekaligus membuka Focus Group Discussion (FGD) Laporan Akhir Kajian Karakteristik Perekonomian Bali Berlandaskan Kearifan Lokal Bali di Ruang Rapat Senat Fakultas Pertanian Gedung Lab Bersama (Agrokomplek) Lt.II, Jalan P.B. Sudirman Denpasar. Kajian ini dilaksanakan secara swakelola antara BRIDA Provinsi Bali dengan Universitas Udayana. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh masukkan dalam rangka penyempurnaan Laporan Akhhir kajian.
Dalam sambutannya disampaikan sejarah panjang terbangunnya nilai-nilai budaya Bali yang merupakan nilai-nilai universal kehidupan berkelanjutan dengan berlandaskan filosofi keseimbangan Tri Hita Karana, yaitu menjaga hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam untuk dapat mencapai kebahagiaan/kesejahteraan, telah menumbuhkan prilaku adiluhung masyarakat Bali dengan tradisi, adat-istiadat dan aktivitas spiritual yang menjadi penggerak perekonomian Bali.
Perekonomian sesuai budaya Bali menerapkan prinsip-prinsip spiritual dalam kegiatan ekonomi, dimana usaha dan bisnis dijalankan dengan integritas, tanggung jawab sosial, dan penghormatan terhadap nilai-nilai agama. Jaringan bisnis antar pelaku usaha di Bali berlandaskan asas symbiosis mutualisme yaitu saling menguntungkan antar pelaku atau dikenal dengan istilah “pang pade payu”. Dengan demikian perekonomian Bali terbangun dengan karakter kemitraan, bukan persaingan.
Beberapa kearifan lokal Bali terkait ekonomi sejalan dengan ekonomi modern antara lain: sistem profit sharing dalam ekonomi modern, ternyata dalam ekonomi tradisional di Bali telah berkembang hingga saat ini dengan sistem ngadas, nandu dan nyakap. Pada dasarnya sistem tradisional ini identik dengan sistem modern tersebut karena adanya kerjasama antara pemilik modal dengan pekerja dengan sistem pembagian hasil yang disepakati bersama. Bahkan sistem pemupukan modal juga sudah dikenal sejak dahulu yang disebut dengan cingkreman yang dalam sistem ekonomi modern dikenal dengan saham, simpanan wajib, simpanan pokok dan konsorsium atau joint-venture. Ini berarti bahwa nilai kearifan lokal di Bali mengandung filosof profesionalisme yang disertai dengan semangat pageh, puguh dan jengah. Oleh karena itu, kearifan lokal yang ada di Bali sangat perlu untuk diperkuat dan ditumbuhkembangkan guna mewujudkan tujuan pembangunan daerah dan mendukung pembangunan nasional.
Telah banyak laporan ilmiah terkait perekonomian Bali yang disampaikan oleh para ahli. Karya-karya ilmiah tersebut kami harapkan dapat dirangkup dan dikaji lebih dalam serta dilengkapi oleh tim peneliti sehingga dapat menghasilkan laporan akhir kajian yang komperhensif sehingga dapat dijadikan pegangan Pimpinan untuk menyatakan bahwa perekonomian Bali yang berlandaskan kearifan lokal telah sejalan dengan sistem perekonomian nasional sehingga Bali tidak membutuhkan sistem perekonomian lainnya.
FGD Laporan Akhir Kajian menghadirkan Bapak Dr. I Nyoman Bontot, S.TP., M.Fil.H sebagai narasumber dan Ibu Prof. Ir. IGAA. Ambarawati, M.Ec., Ph.D. sebagai moderator. Hadir sebagai peserta FGD adalah Perangkat Daerah terkait di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali, Bappeda dan Brida Kabupaten kota se-Bali, Tim Pengendali Mutu (TPM), Tim Pengawas Swakelola Penelitian Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Bali, dan Analis Kebijakan Ahli Muda pada BRIDA Provinsi Bali.
Hasil FGD akan digunakan sebagai bahan masukan dalam rangka penyempurnaan Laporan Akhir Kajian Karakteristik Perekonomian Bali Berlandaskan Kearifan Lokal Bali.