
BADAN RISET DAN INOVASI DAERAH PROVINSI BALI- Bidang Prioritas Pembangunan Daerah melalui Tim Kajian Bidang Pertanian Perkebunan dan Pangan BRIDA Provinsi Bali melaksanakan Pemaparan Materi Laporan Interim/Laporan Kemajuan Penelitian dan Pengembangan Pemulihan Jeruk Keprok Tejakula, Senin (25/09/2023) bertempat di Ruang Rapat BRIDA Provinsi Bali.
Rapat dipimpin oleh Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Bali yang diwakili oleh Kepala Bidang Prioritas Pembangunan Daerah Provinsi Bali, dan dihadiri Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Udayana, Dinas Pertanian Provinsi Bali, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Bali, Sekretaris Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Bali, Pejabat Pembuat Komitmen, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Peneliti pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Akademisi pada Universitas Udayana, Kepala Bidang di lingkungan Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Bali, Tim Pengawas Swakelola Penelitian Kerjasama dengan Perguruan Tinggi pada Brida Provinsi Bali serta Tim Penelitian dan Pengembangan Pemulihan Jeruk Keprok Tejakula Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Pemaparan disampaikan Ketua Tim Peneliti Prof. Dr. Ir. I Nyoman Rai, M.S. terkait kerjasama swakelola “Penelitian Dan Pengembangan Pemulihan Jeruk Keprok Tejakula” antara Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Bali (BRIDA Bali) dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana (LPPM Unud).
Beberapa hal yang disampaikan antara lain, dari analisis kondisi eksisting budidaya Jeruk Keprok Tejakula dan potensi wilayah yang mendukung pengembangannya diketahui bahwa petani sangat bersemangat/serius dalam pemulihan/membangkitkan kembali Jeruk Keprok Tejakula. Hal ini terbukti bahwa banyak petani yang berhasil dalam menanam Jeruk Keprok Tejakula melalui best practice budidaya sehat Jeruk Keprok Tejakula.
Kemudian dari analisis evaluasi minat masyarakat, disimpulkan Petani di Kecamatan Tejakula tergolong petani yang bersifat risk averse, dimana mereka tidak akan berani mengalokasikan lahan mereka lebih luas pada usahatani Jeruk Keprok Tejakula jika belum ada best practice yang memberi jaminan bahwa usaha tani Jeruk Keprok Tejakula akan memberikan keberhasilan. Mereka mengharapkan ada demplot dan/atau Denfarm yang dilaksanakan secara komprehensif dan hasilnya bisa memberikan keyakinan lebih besar bagi para petani Jeruk Keprok Tejakula.
Dari analisis evaluasi persepsi masyarakat terhadap bahaya penyakit CVPD yang pernah menggagalkan agribisnis Jeruk Keprok Tejakula serta analisis pengetahuan dan teknologi lokal penanggulangan yang pernah dilakukan oleh petani setempat diketahui petani di berbagai Desa di Kecamatan Tejakula telah memiliki praktek baik (best practices) dalam budidaya sehat Jeruk Keprok Tejakula, dan telah ditunjukkan dengan keberhasilan mereka dalam menghasilkan produksi dan kualitas buah yang baik. Praktek diperoleh dari usaha coba-coba (trial and error), disatu sisi Jeruk Keprok dapat bertahan di daerah yang dinyatakan masih endemi CVPD, dan disatu sisi lain pohon jeruk di kebun dapat menghasilkan kualitas buah yang baik, umur pohon dapat bertahan 5 hingga 7 tahun, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun.






Dan lebih lanjut, dari analisis dukungan kebijakan, Pemerinah Provinsi, Kabupaten dan Pemdes sangat mendukung pengembangan dan pemulihan kembali Jeruk Keprok Tejakula dengan berbagai kebijakan yang telah dan akan ditempuh. Kebijakan tidak hanya dalam hal pengembangan dan penanaman di lapangan, tetapi perlu dukungan kebijakan pemasaran dan pengolahan hasil agar ketika Jeruk Keprok Tejakula dikembangkan maka petani betul-betul mendapatkan nilai tambah dan kesejahteraannya meningkat.